Rai gedex





AKSARA
: Penjaga stand lembaga adat menjelaskan Aksara Besema Ulu yang dipamerkan digelaran Besemah Expo, inzert aksara Besemah Ulu.

Berkunjung di pameran Besemah Expo Akan banyak membuka mata kita tentang Kebudayaan Bumi besemah. Selain Kebudayan tari - tarian dan ukiran kayu, ternyata Pagar Alam juga mempunyai Aksara sendiri. Ini menunjukan bahwa masyarakat Bumi Besemah sudah mengenal Baca dan Tulis sejak dahulu. Ini terbukti dengan adanya aksara- aksara kuno yang konon masih ada yang mampu membaca aksara - aksara Kuno tersebut. yaitu masyarakat asli Besemah. Seperti yang di katakan oleh Ketua Lembaga Adat Besemah H Amran “Disejumlah desa di Kota Pagaralam khususnya penduduk asli yang umurnya telah uzur diatas rata-rata 70 an tahun diyakini masih ada yang fasih melafadzkan aksara Besemah Ulu ini,”.
Hanya saja, saat disinggung berapa banyak jumlah yang fasih membaca aksara besemah kuno ini? Jawabnya, dia sendiri belum bisa memastikan berapa banyak orangnya.
Dikarenakan, pihak Lembaga Adat sendiri belum melakukan pendataan secara detail. Kendati demikian, tidak luput jangan sampai peninggalan sejarah Besemah, pihaknya telah mendokumentasikan ejaan aksara yagn dimaksud. “Kita tidak ingin aksara besemah ulu tidak ada yang bisa memahaminya, apalagi sampai memudar dan tenggelam seiring kemajuan zaman,” tukasnya.

Karena itu, belakangan ini lembaga yang cukup prihatin akan keberadaan adat serta peningalan budaya besemah telah meluncurkan buku aksara Besemah Ulu termasuk menerbitkan sekaligus memperbanyak cetakan buku yang berjudul Kumpulan Adat Besemah. Selain Lembaga Adat, keprihatinan adat besemah ini juga tidak terlepas perhatian dari pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pagaralam.
Selain adat, seperti peninggalan rumah adat dibedakan bentuk gilapan, tatahan (rumah ukir, red), dan prabong (rumah gedeg, red) yang hingga saat ini masih ada. Guna kelestarian rumah adat, beberapa dusun disebut dusun tua atau ditetapkan sebagai kampung sejarah. Semisal, Dusun Benua Keling Dempo Selatan. Dahulunya, menjadi pusat Keratuan Besemah kononya yang kemudian pindah ke Dusun Sawah Batuan di kawasan Simpang Manak sekitar abad ke 13 dan baru sekitar era 1630 pusat pemerintahan ini masuk dalam sejarah Kesultanan Palembang.
“Dahulunya, Kolonial Belanda menyebutnya Besemah Kingdoom, sejarah ini tentunya harus diketahui keturunan kita saat ini,” urai Satarudin.
Karena itu, Satarudin mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian minimal mengenal adat dan peninggalan sejarah Besemah. “Harapan kita adat besemah jangan sampai memudar apalagi hilang ditelan zaman,” ulas Satarudin.

MEGALITIK: Disbudpar akan melakukan koordiansi terhadap temuan benda-benda bersejarah di Kecamatan Pajar Bulan, beberapa waktu lalu. Terkait Temuan Kampung Megalitik di Pajar Bulan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lahat menanggapi secara positif adanya penemuan kampung megalitik di Desa Skendal Kecamatan Pajar Bulan oleh pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Kendati hingga saat ini BP3 Jambi sendiri belum melakukan koordinasi langsung dengan pihak Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lahat.
Kepala Disbudpar Sri Muliati SH MM mengatakan, situs-situs bersejarah ataupun benda-benda kuno yang ada di seluruh wilayah Indonesia merupakan aset nasional. Sehingga, dalam hal ini penemuan kampung megalitik di Desa Skendal akan menjadi hak dan tanggung jawab BP3 Jambi sebagai balai pelestarian purbakala yang meliputi wilayah kerja Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel), Bengkulu dan Bangka-Belitung (Babel). Namun demikian, sudah selayaknya jika pihak BP3 Jambi memberikan laporan ataupun koordinasi dengan Pemerintah setempat sebagai pemilik wilayah.
“Memang tidak ada aturan bakunya, jika pihak BP3 Jambi harus melapor kepada Pemda ataupun Disbudpar jika adanya penemuan. Namun etikanya, alangkah lebih baik jika ada laporan kepada kita sebagai pemilik wilayah,” katanya.
Sri mengakui, saat ini memang belum ada anggaran khusus yang dialokasikan dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Lahat sebagai biaya pengelolaan dan perawatan untuk situs-situs megalitik ataupun benda-benda bersejarah lainnya. Namun, sejauh ini pihak Disbudpar Lahat selalu berupaya membantu biaya pengelolaan lainnya, di luar perilaku terhadap benda tersebut. Seperti biaya pengecatan pagar, biaya kebersihan lokasi, dan lain-lain.
“Memang sejauh ini belum ada anggarannya. Tapi kita tetap berupaya membantu dalam skala kecil, khususnya dalam perawatan fasilitas penunjangnya. Karena memang pengelolaan dan perawatan untuk situs megalite ini utamanya dari pihak BP3 Jambi” ungkapnya lebih lanjut kepada Lapos.
Nah, terkait adanya rencana relokasi situs-situs megalit dalam satu kawasan oleh pihak Pemda, hal ini tidak diperkenankan oleh pihak BP3 Jambi. Sebab, sesuai dengan aturannya semua situs-situs megalit dan semacamnya tidak boleh dipindahkan dari lokasi aslinya, kecuali dalam keadaan darurat seperti rawan erosi, terancam hilang, dan rawan rusak.
Bahkan, pemindahan ini juga harus dilakukan sesuai dengan detail aslinya. Seperti arah situs, posisi peletakan, cara menggali, dan lain-lain. Untuk itu, jika ingin mengumpulkan situs megalitik dalam satu kawasan maka lebih disarankan untuk membuat duplikatnya. Dalam hal ini, pihak BP3 Jambi bersedia menyediakan tenaga ahlinya, sementara Pemda menyiapkan dananya.
“Jadi tidak bisa sembarangan, karena kalau sudah dipindahkan kemungkinan rusaknya besar. Selain itu, pembangunan situs megalite pada zaman dahulu sarat akan makna ritual. Maka jika sudah di relokasi maka nilai sejarah dan ritual itu akan hilang. ” papar Sri.
Terpisah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lahat, Herliansyah SH mengungkapkan, pihaknya sangat senang dengan ditemukannya kampung megalitik ini. Sebab, hal ini akan semakin memperbanyak temuan benda bersejarah di setiap wilayah Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Lahat.
“Diharapkan, kampung megalitik ini sendiri dapat di kelola dengan baik sehingga kedepan dapat menjadi kawasan pariwisata budaya dan sejarah. Bahkan, lanjut dia, jika memungkinkan pihaknya kedepan dapat mengajukan usulan anggaran khusus dalam APBD Kabupaten Lahat guna mendukung pengelolaan dan perawatan situs-situs tersebut,” ulasnya.
Nah, agar penemuan kampung megalitik ini dapat disikapi secara postif oleh pihak Pemkab Lahat dengan berkoordinasi dengan pihak BP3 Jambi dan dinas terkait lainnya. Sehingga, penemuan kampung ini dapat lebih memberikan banyak manfaat dalam bidang seni budaya dan edukasi. “Koordinasi jelas harus lebih dibangun lagi kedepannya. Ini semua demi kemaslahatan dan perkembangan dunia kepariwisataan Lahat kedepannya,” pungkas Herliansyah.



Fenomena Tindak asusila dalam keluarga kembali menimpa Seorang Bocah di Lahat Tercinta tepatnya di Desa Suka Makmur SP III Palembaja Kecamatan Gumay Talang. Apa yang di lakukan Ar (43) sungguh tak patut di contoh. Bunga (Nama Samaran) adalah darah dagingnya sendiri yg seharusnya di jaga, Ini malah di rusak masa depannya. Betapa tidak Bunga yang kini duduk di bangku kelas V SD Negeri 20 Suka Makmur harus Rela menanggung Aib yg di lakukan Ayah kandungnya sendiri. Di usia yang masih belia ini bunga Tengah mengandung anak dari ayahnya sendiri. Terungkapnya Kasus ini berawal kondisi mencurigakan pada sang anaknya yang selama ini ibunya memang sudah curiga bahwa anak gadisnya itu belum juga kunjung mengalami menstruasi sebelumnya. Semula sang anak tidak mengaku. Namun, setelah dipaksa dan terus didesak, akhirnya keluarlah pengakuan mengagetkan dari Mawar, bahwa dirinya telah diperkosa oleh Ar, ayah kandung sendiri.
“Peristiwa ini sebenarnya sudah berlangsung sejak bulan Januari silam, hanya saja Melati tak berani mengakuinya, karena takut akan ancaman sang ayah jika dirinya bercerita,” kata L Purba, Kapolsek Gumay Talang, Selasa (22/6).
Lanjut Purba, setelah mendapatkan pengakuan dari sang anak, Mawar didampingi Kepala Desa Suka Makmur Risansi mengadukan peristiwa memalukan itu ke Polsek Gumay Talang pada malam hari itu juga sekitar pukul 20.00 Wib, dan keesokan harinya, tersangka Ar langsung di gelandang oleh pihak Berwajib sekitar pukul 01.00 dini hari dari kediamannya.
Kepada petugas Polsek Gumay Talang, Ar mengaku bahwa benar dirinya telah memperkosa anak bungsu kandungnya. Kejadian ini sendiri terjadi sebanyak 2 kali menurut pengakuan lanjutannya, yaitu awalnya pada Januari, tanggalnya dirinya lupa. Hanya saja, waktu itu terjadi sekitar pukul 07.30 Wib, di saat istrinya sedang pergi ke kebun, dan keadaan rumah sedang sepi.
Korban saat itu sedang menyapu halaman rumah, sejurus kemudian tersangka memanggilnya masuk ke dalam kamar rumahnya. Kemudian, dengan mengancam menggunakan sebilah senjata tajam jenis parang, korban kemudian diancam untuk melayani nafsu ‘bejatnya’, dan setelah itu tetap dengan di bawah ancaman untuk tidak menceritakan kejadian yang ada kepada semua pihak. “Aku suruh anak aku masuk kamar, dan aku ancam pake parang. Langsung bae aku perkosa,” ungkap Arpeni dihadapan petugas Polsek yang mengintrogerasinya.
Tak puas hanya sekali, kemudian pada bulan berikutnya, sekitar pukul 14.00 Wib, dengan suasana rumah yang kembali sepi saat itu, korban kembali diancam untuk melayani nafsunya kembali, hingga akhirnya korban belakangan diketahui hamil berusia 25 minggu. “Aku khilaf pak, dak tau nian apo yang aku rasoke waktu itu. Idak nian terpikir oleh akal sehat aku,” ucapnya lirih.
Menurut Kapolsek, apa yang dilakukan oleh tersangka ini sungguh sangat biadab. Setelah dikembangkan pemeriksaan lebih lanjut, didapati pula keterangan bahwa tersangka sejak 1996 pernah tersangkut kasus yang serupa, yaitu memperkosa anak kandung pertamanya, inisial Her.
Tersangka juga diketahui sudah pernah pula mendekam di dalam penjara untuk kasus tersebut selama 8,5 tahun. “Bukannya jera dan kapok, malahan perbuatannya ini kembali diulanginya, sungguh bejat dan layaknya binatang apa yang diperbuat Arpeni ini,” lanjut L Purba.
Oleh karena itu, tersangka saat ini akan dijeratkan dengan Pasal 81 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dan akan diperberat lagi hukumannya, dengan alasan tersangka adalah seorang residivis. “15 tahun kurungan jelas akan menantinya. Malahan kita akan mengupayakan pemberatan hukumannya, mengingat tersangka adalah seorang residivis,” tegas Purba.
Secara terpisah Kades Suka Makmur Risansi mengatakan, benar kejadian ‘memalukan’ ini adalah warganya. “Kami warga desa sungguh sudah tidak bisa menolerir lagi perbuatan Ar. Ini sudah layaknya “binatang”, dan kami harap hukum akan memberikan hukuman yang setimpal adanya,” kata Risansi, Kades Sukamakmur.
Menurutnya apa yang dilakukan Ar sangat tidak manusiawi lagi, dan pihaknya mengharapkan bahwa hukum akan menghukumnya dengan ganjaran yang seberat-beratnya sesuai perbuatannya.
Sungguh Miris, apakah ini Fenomena yang sedang marak di Kota kita tercinta Beberapa kali tindak asusila membuat heboh masyarakat. Seperti apa yg ter jadi belakangan ini yaitu seorang oknum mantan anggota DPRD Lahat berinisial Sar. Menghamili Keponakan sendiri hingga Hamil. dan Ironisnya Pelaku ingin cuci tangan dari perbuatannya dengan mengkambing hitamkan Ayah Kandung Korban hingga harus mendekam di Sel Tahanan. Walaupun akhirnya terungkap kasus ini yang ternyata juga melibatkan Oknum Aparat yg ikut serta mengintimidasi korban sehingga korban mau memberi kesaksian palsu Di depan Penyidik. Dan Beberapa kasus tindak asusila yang tidak terungkap dengan alasan malu.
Dapat Kita garis bawahi fenomena asusila dalam keluarga justru sering terjadi di Pelosok - pelosok dimana keadaan benar - benar mendukung, dengan di tinggalnya anak mengurus rumah sendiri tanpa pengawasan. Sedangkan Fenomena Asusila yang terjadi yang di lakukan Remaja Justru marak di Kota - kota dimana Akses Tekhnologi begitu mudah. Ditambah dengan adanya HP yang berkembang di pasaran yang semakin lengkap dan Murah dengan seabrek fasilitas di dalamnya. Ada baiknya Orang tua melakukan pengecekan secara berkala kepada isi yang ada di dalam HP anak. dan Jangan Lupa beri Pengarahan tentang Moral. Ketaatan terhadap aturan agama mampu membendung tindakan anak supaya menjauh dari materi Cabul. Bukan membatasi tapi kontrol dan awasi dimana dan dengan siapa anak kita bermain. sebab lingkungan mempunyai peranan penting dalam tingkah laku anak. semoga bermanfaat Buat pembaca sekalian. (Yost)



SITUS: Situs batu berelief menyerupai wanita berperut buncit seperti sedang menari ditemukan di Dusun Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan, kemarin (14/4).

Kembali batu berelief menyerupai wanita berperut buncit di tangan kirinya tengah memegang tanduk rusa, yang ditemukan di halaman rumah warga beberapa waktu lalu di Dusun Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat, diduga melukiskan wanita tersebut tengah menari.
Ketua Tim Peneliti Balar Palembang Kristantina Indriastuti memaparkan, temuan tersebut merupakan temuan baru dan menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, oleh karenanya, akan melakukan penelitian lebih dalam.
“Ada dua temuan batu megalit yakni batu datar dan batu berelief persis di halaman rumah warga milik Amir Hamzah. Setelah dilakukan penggalian, ditemukan sebuah situs batu berelief menyerupai wanita dengan perut buncit tengah menari tangan kirinya tengah memegang tanduk rusa,” tegas dia disela penggalian.
Situs megalit itu merupakan batu jenis andesit merupakan batu keras atau tidak mudah hancur. Karena, usia situs batu ini diperkirakan berumur lebih kurang 2500 tahun yang silam.
“Artinya, dengan adanya temuan berbaga situs ini bisa disimpulkan bahwa dahulunya kawasan Pajar Bulan ini telah ada kehidupan manusia pada masa ribuan tahun silam,” terang dia memaparkan.
Yang jelas, adanya bentuk relief situs, pada zaman itu telah mengenal budaya setidaknya telah mengenal penggunaan logam semisal besi, tegasnya. Lebih jauh Kristantina mengatakan, saat disinggung jumlah sementara situs yang berhasil ditemukan oleh tim arkeologi di kawasan ini? Jawabnya yang terbanyak temuannya sepanjang penelitan peninggalan purba yang dilakukan di sejumlah daerah.
Bayangkan, pendataan yang dilakukan sejauh ini pihaknya telah menemukan sedikitnya 223 temuan batu megalit yang baru, yang terdiri dari menhir atau tugu batu, dolmen, batu berelief, batu datar, dan tetralit batu gelung. Kemudian pihakya juga menemukan beberapa peninggalan alat yang digunakan untuk mengolah hasil bumi seperti lumpang batu dan lesung batu.
“Hari ini masuk hari keenam, tim kita berhasil menemukan 223 situs, terdiri 113 situs berupa batu datar, 62 situs dolmen, 13 lumpang batu, 20 lesung batu, satu menhir, 3 kelompok batu gelang dan 12 kelompok tetralith. “Batu gelang dan tetralith sendiri merupakan temuan batu bersusun melingkar menggambarkan tempat pertemuan,” demikian urainya.
Sedikitnya 30 lebih situs purbakala berupa batu megalit di Dusun Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kebupaten Lahat kembali ditemukan oleh Tim Peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Palembang yang diketuai Kristina Indriastuti.
Dari hasil temuan itu, tim menarik kesimpulan, wilayah Pajar Bulan diduga sebagai tempat pemukiman kuno. Hal itu dibuktikan dari berbagai temuan berupa batu datar yang membentuk tempat pertemuan atau balai sidang.
Namun, untuk memastikan kesimpulan tersebut, tim masih melakukan penelitian lebih lanjut. “Belum bisa dipastikan, namun dugaan tim arkeolog yang bertandang kali ini kuat dugaan Pajar Bulan merupakan lokasi pemukiman kuno,” tegas Kristina.
Sementara, apa yang tersimpan di balik berbagai situs yang ditemukan di tanah Basemah tersebut, tidak menutup kemungkinan kalau daerah tersebut merupakan pusat pemukiman zaman dahulu.
Puluhan temuan situs megalit yang telah terangkat ke permukaan, tambahnya. Khususnya di Pajar Bulan, seperti situs berupa Batu Datar 23 buah, Dolmen 2 buah, Batu Tegak 3 buah, Menhir 2 buah, 1 Lumpang Batu dan Tetralet atau tempat pertemuan sebanyak 3 buah.
Temuan Megalit di daerah Pajar Bulan tersebut merupakan temuan baru yang menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Bayangkan, hari pertama penelitian sendiri, pihaknya sudah menemukan 30 lebih berbagai jenis batu megalit.
“Kondisi yang ada bukan tidak mungkin, merambah temuan situs megalit lainnya, betapa tidak masih banyak lokasi yang diduga tersimpan situs megalit di daerah sini,” beber Kristina.
Dalam penelitian yang dilakukan Tim Balar Palembang, melakukan dua kegiatan penting yakni survei temuan dan Axavasi. Axavasi yakni penggalian beberapa situs yang menunjukan indikasi ada temuan lain seperti kubur batu, ataupun temuan-temuan baru.
“Tidak hanya meneliti temuan megalit di Pajar Bulan, tidak terlepas perhatian mereka juga meneliti temuan megalit di Pagaralam. Yakni, Punden Berundak-Undak atau Tangga Batu dan Arca Tanpa Kepala di Cawang Baru yang semapt diekspos belum lama ini,” beber Kristina.
Terpisah, Balai Perlindungan Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi (Sumatera Selatan, Jambi dan Babel) juga bagian tim penelitian saat Tim Balar ke lokasi. Koordinator BP3 Jambi Ahmad Rivai menembahkan, masih banyak yang terpendam peninggalan benda purbakala.
Sisi lain keberadaan benda purbakala yang telah diangkat dan teliti sebagian kondisinya tidak terawat, ada yang telah berpindah tempat loaksi situs.
“Mirisnya, temuan lokasi situs terkadang dilakukan terlebih dahulu dilakukan masyarakat untuk kepentingan tertentu yang diyakini ada benda berharga tidak beda layaknya harta karun. Terkadang, posisi awal ataupun sebagian benda situs diduga mengalami perubahan,” pungkas Rivai beberapa waktu lalu.


Situs sejarah dari jaman batu di kota Lahat ini berlahan mulai terkuak Menurut Ketua Forum Komunikasi Pengalian Identitas Basemah Janhar (52) sekaligus warga Desa Pagar Dewa Kecamatan Jarai mengatakan, setidaknya ada beberapa babat (fase) dari syailendra, diantaranya, Sribuana, Srijaya, Syailendra, dan Sriwijaya.
“Munculnya rumah batu yang ditemukan belum lama ini, dan beberapa situs lainnya, Erat kaitanya mengarah kepada Cikal bakal dari berdirinya kerajaan sriwijaya,” katanya. Selain itu, ada pula situs kayu begulung bulan atau lebih dikenal dengan sebutan gulung sakti, yang merupakan peninggalan Sejarah, yang sangat erat kaitannya dengan munculnya kerajaan yang dimaksud.
“Sejauh ini, situs - situs yang ada di Kecamatan Jarai dan Pajar Bulan Beserta kecamatan lainnya, kini sudah diamankan dan dijaga oleh warga dan balai arkeologi BP3 Jambi, sehingga keasliannya benar-benar terawat,” urai Janhar. Janhar menambahkan, kepada pihak pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Lahat melalui dinas terkait untuk benar-benar memperhatikan dan tanggap dengan hal-hal tersebut, sehingga peninggalan bersejarah masa lampau tersebut dapat terpelihara dan terawat dengan baik.
“Kita jangan tergantung dari Balai BP3 Jambi, saja, akan tetapi instansi terkait sebaiknya jemput bola dan tanggap dengan situs yang ada, tidak tutup kemungkinan akan suatu saat akan menjadi objek wisata,” ucapnya.
Nah, untuk itu dibutuhkan saling kerjasama dan koordinasi satu dengan lainnya, agar situs yang ada tidak terguras dimakan jaman dan waktu, memang sangat diperlukan yang namanya perawatan.
“Sehingga benda bersejarah tersebut akan terjaga dan keasriannya dapat terjaga hingga ribuan tahun kedepan, sebagai bukti bahwa ada saling kaitannya dengan budaya pada jaman kerajaan masa lampau,” tukas Janhar.


Gambar : Ali Budiarto(22) dan Audrin (20)

Kaget dan Gak Percaya. Salut buat mereka Ali Budiarto (22) dan Audrin (20) mahasiswa Fakultas Sosial dan Politik Jurusan Komunikasi yang menurut aku butuh keberanian yang ekstra. Untuk menempuh perjalanan Ribuan kilo meter Menuju Aceh. Berbekal Sepeda Poligon mereka menguak rasa penasaran mereka tentang keindahan Pulau Andalas dengan menggoes seped. Memulai Perjalanan dari Depok pada 9 Juni 2010. Hanya berpedoman dari peta sebagai penunjuk tempuh perjalanan.

“Kegiatan ini hanya keinginan pribadi dari kami berdua sehingga sebelumnya telah mempersiapkan diri selama sebulan untuk melakukan kegiatan ini dengan latihan dari Depok menuju puncak dan sebaliknya,” kata Ali Budiarto asal Bandung.

Selama ini mereka Mengupdate cerita tentang sumatra hanya melalui Media dan Teman-teman Kuliah saja. Ini yang memupuk rasa kepenasaran mereka tentang bagaimana alam Pulau Andalasb sesungguhnya.

Mengapa Sepeda , Kata Mereka Dengan Sepeda, kami bisa mendatangi daerah-daerah wisata yang mungkin tak terjangkau bila berkunjung menggunakan kendaraan Mobil atau Pesawat. Dan mereka merasa bisa lebih dekat melihat kultur kebudayaan Sumatra.

Ditanya Masalah Kendala apa saja yang di alami selama 9 hari menempuh perjalanan. “Belum ada kendala yang berarti namun ramainya jalan yang membuat kami harus hati-hati dan masih minim penginapan yang menjadi sedikit kendala,” Ali Budiarto Tak ayal mereka berapa kali mereka harus mampir ke kantor polisi untuk sekedar numpang meluruskan tulang- tulang yang capek setelah seharian melakukan perjalanan.

Kesan dan Pesan Mereka saat melewati kota Lahat.

“Lahat sangat bagus Potensi pariwisatanya juga menjanjikan, Hanya pengelolaanya saja yang kurang. Saya yakin Bila Obyek wisata di kota Lahat di kelola dengan baik bukan sekedar domestik tapi mancanegarapun akan tertarik berkunjung ke kota ini,” kata Audrin.

Menurut Audrin, masyarakat Lahat ramah dan bersahabat serta berterimakasih kepada kepolisian karena diberikan tempat untuk istirahat. Selama perjalanan keduanya juga mangajak untuk selalu menjaga lingkungan dan memelihara bumi dengan hijaukan sekitarnya agar pemanasan global ditekan.

Semoga yang dilakukan oleh keduanya menjadi inspirasi kepada pelajar dan mahasiswa Lahat agar lebih peduli lagi terhadap lingkungan dan melakukan kegiatan yang positif kedepannya.


Kembali Kota Lahat mendapatkan Piala KebersihanYaitu Piala Adipura. Rencana nya pada 18 Juni 2010 mendatang, kalau tak ada aral, pihak pemerintah daerah (Pemda) Lahat bakal mengarak Piala Adipura tingkat Nasional dan Provinsi, Beserta dua Kalpataru.

“Insya Allah, kalau tak ada aral, 18 Juni Piala Adipura yang berhasil kita pertahankan berikut lima penghargaan dari tingkat provinsi turut serta dalam Pawai keliling Kota Lahat,” katanya Saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (15/6).

”Start dimulai di halaman Pemda Lahat menuju Jalan Kolonel H Burlian, Talang Jawa ke arah Masjid Al Mutaqqin, dilanjutkan ke Jalan Prof Emil Salim, kemudian belok ke kanan menuju Jalan Harun Sohar langsung ke Perumnas Selawi, berbalik arah ke Jalan Amir Hamzah keluar lagi di depan Hotel Buser, diteruskan menyelusuri sepanjang Jalan Mayor Ruslan hingga masuk ke Jalan RE Martadinata ke Tugu Lembayung dan kembali ke Pendopoan Bupati Lahat,” urai Erwan.

Ia mengharapkan, sekiranya keanekaragaman hayati dan masa depan bumi ini dapat dijaga dan dilestarikan dengan sebaik mungkin, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran rakyat dan peduli akan lingkungan.

“Ciptaan tuhan yang tidak bisa diganti apabila punah. Oleh sebab itu, hal-hal yang demikian dapat diterapkan menjaga dan melestarikan segala ciptaannya, baik itu yang dapat diperbaharui maupun tidak,” tutur Erwan.

Erwan menambahkan, tentunya kearifan lokal menjadi faktor penunjang dalam mendukung segalanya, sehingga Kabupaten Lahat kembali asri, teduh, sejuk, dan nyaman seperti dulu kala.

“Untuk itulah, Bupati Lahat setiap kali berkunjung atau menghadiri acara diperdesaan atau kecamatan selalu melakukan penamaman pohon, dalam mewujudkan Bumi Seganti Setungguan Green and Clean (Hijau dan Bersih), di sesuaikan dengan tata wilayah yang ada di Lahat tercinta ini,” pungkasnya. Mudah – mudahan di satu sisi Tambang Mengeruk isi Perut bumi seganti setungguan ini. Juga Peduli untuk melakukan reboisasi kembali. Sehingga Bumi Lahat kedepan akan tetap Hijau, Asri, dan Nyaman tentunya. Lahat .... Smoga kedepan semakin sukses.

bookmark
bookmark
bookmark
bookmark
bookmark